Monday, April 22, 2013

Habib Syech Gema Sholawat Lirboyo


HADIRILAH. . .



GEMA SHOLAWAT bersama HABIB SYEKH bin ABDUL QODIR AS SEGAF
Dalam rangka Haul & Haflah Akhirussanah Pondok dan Madrasah Putri
Hidayatul Mubtadi-aat Lirboyo Kota Kediri Jawa Timur

SABTU malam AHAD, 25 Mei 2013.
Jam 19.30 wib.
Di Lapangan Barat Aula Al Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo.


Dimohon disebarkan



Friday, April 19, 2013

Tidak Menikah Why (Not) Final

Berkaitan dengan “dianjurkannya” seseorang agar tetap melajang/ jomblo sampai batas waktu tertentu. Atau bahkan menahan diri untuk tidak menikah sampai akhir hayat. Uraian tersebut pernah disinggung oleh beliau KH. Imam Makruf saat Haul Ponpes Hidayatul Mubtadi’in, disiarkan secara live (dan bisa di streaming online) di stasiun TV ahlussunnah wal jamaah yakni TV9 dan jaringan radio Madu FM serta direkam secara live juga oleh penulis (xixixi ^_^ ) yang pas bisa hadir (MP3 dapat download di sini) :

Bahwa hanya ada DUA pilihan, bagi para jomblowan dan jomblowati akhir zaman:


1. JANGAN KAWIN
Terlepas dari kesunnahan menikah. Dibolehkan (bahkan hampir naik tingkat menjadi “dianjurkan”) bagi umat Islam akhir zaman untuk tidak menikah.Sebentar lagi -mungkin sekitar beberapa abad ke depan- bahkan akan menjadi “diwajibkan” agar tidak menikah. Alasan dan latar belakangnya nanti dulu.
Khusus bagi kaum sawah/ salafy wahaby stop membaca sampai sini dulu, Para militan sawah yang selalu salah faham dan menuduh ini dan itu. Tidak usah diteruskan membacanya, nanti malah menjadi maksiat buat antum semua. Karena berkicau: INI GAK SESUAI SUNNAH!! BID’AH, SYIRIK!! xixixi


2. Bila pilihan pertama dilarang menikah, ternyata merasa keberatan. Akhirnya terpaksa memilih menikah, karena sudah berusaha ikhtiar dan sudah menemukan calon yang terbaik dan alasan lain yang tak tersebut satu persatu. Maka pilihan kedua bila sudah menikah: JANGAN PUNYA ANAK!! 

Sebagaimana ada dari beberapa ulama besar (klik di sini untuk mengenal beberapa di antaranya) yang tetap melajang karena lebih mencintai ilmu, keputusan tidak menikah di akhir zaman, lebih karena alasan “menjaga diri sendiri dan keluarga dari siksa api neraka”. Karena menutup satu lubang kesalahan lebih baik dari pada membuka satu lubang kebaikan. Mendahulukan untuk menjauhi, jalan kepada kemaksiatan itu nilainya lebih baik.
Source Image : www.klikrama.com


Dan di dalam taushiyah lain yang bertema tentang cara mendidik anak, oleh Abuya Yahya Z.M. (MP3 dapat dowload di sini) yang kalau tidak salah, juga pas dihadiri oleh beliau Habib Husain Ba’abud, Habib Helmy al Atthos dan Habib Muhammad bin Salim as Seggaf, semuga penulis tidak salah (memahami) inti pokoknya, berikut:


1. Menikah dan berkeluarga itu adalah ladang ibadah, karena menyempurnakan separuh agama. Namun juga, (bila tidak dipertimbangkan matang tentang kapasitas diri sendiri dan calon pendampingnya) bisa jadi malah akan menjadi ladang menuai dosa.

2. Agar tidak terjerumus ke dalam dosa, maka tuntutlah ilmu agama sebanyak-banyaknya sebelum menikah. (Baca selengkapnya disini)

3. Menikah yang awalnya untuk beribadah, ketika sudah punya anak dan belum tahu cara mendidiknya yang benar. Bisa saja niat berbelok dari jalur awal. Sebagaimana orang tua akan memperoleh kebaikan sebab anak yang sholeh, orang tua juga akan bertanggung jawab kelak atas perilaku tidak baik yang dilakukan oleh anak.

4. Meskipun orang tua ahli ibadah, namun bila anaknya tidak terdidik. Bisa jadi kelak anaknya yang akan menyeret kedua orangtuanya ke dalam siksa neraka. (dari kisah: seorang anak yang protes kepada Tuhan karena tidak rela melihat orang tuanya dimasukkan ke dalam surga, sementara ia yang sebagai anak kandungnya malah dimasukkan ke dalam neraka)

5. Umur insan siapalah yang tahu selain Allah. Sehingga saat kita telah tiada dan meninggalkan anak keturunan. Kepada siapa anak kita akan terasuh dan terdidik. Apakah kepada calon pendamping kita, yang belum tahu cara mendidiknya. Ingatlah hidup kita setelah mati, tetap mempertanggungjawabkan benih yang kita tanam, yaitu anak. Maka beruntung sekali jika setelah kita tiada, anak kita diasuh oleh seorang ayah atau ibu yang mengerti agama. Umur insan siapa yang tahu. Karena, kita tidak bisa memastikan apakah umur kita kelak bisa sampai mendampingi anak tumbuh dewasa.

6. Kesalahan mendidik anak juga tidak lepas dari sebab yang pertama. Yaitu ketika orang tua memilih pasangannya. Sudahkah kita memastikan calon pendamping kita itu menyejukkan hati, tidak hanya di dunia tetapi juga sampai kehidupan nanti.

7. Namun, mari sama-sama berbenah diri. Sudahkah diri kita ini pantas untuk mendapatkan calon pendamping yang baik. Sebagaimana firman-Nya laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula. Yang nantinya akan menurunkan keturunan yang baik pula insyaallah.

8. Ushikum wa nafsiy bi taqwallah


Demikianlah dua taushiyah yang ditafsirkan oleh penulis sendiri. Dan untuk mendapatkan penafsiran yang lebih baik dan lebih lurus. Makanya segera didownload MP3-nya


Akhirnya setelah membaca dari awal sampai akhir:
Tidak Menikah Why (Not) ? bagian I
Tidak Menikah Why (Not) ? bagian II
Tidak Menikah Why (Not) ? bagian III
Tidak Menikah Why (Not) ? bagian Final


Apakah kesimpulan finalnya..
a. Tetap menjadi jomblowan / jomblowati
b. Semakin yakin untuk menuju jenjang pernikahan
c. Atau masih galau


Pilihlah C maka tulisan-tulisan ini akan tetap berlanjut. Xixixi (^_^)
Semoga bermanfaat.


Salam Menyan
(menyejukkan dan nyaman)




Tidak Menikah Why (Not) III

Menjelang usia 24 tahun dan masih sendiri. Ada yang masih santai tapi juga ada yang siang malam jadi pikiran. Adakah dirimu termasuk dalam golongan salah satu dari mereka? Kalau aku saat ini...ya. Namun lebih tepatnya bukan “masih sendiri” tapi “kembali sendiri”. Beberapa tahun yang lalu aku sudah tak dapat mempertahankan sebutan “tidak sendiri” lebih lama lagi, dan jadilah aku sekarang “kembali sendiri” padahal hanya dalam hitungan hari lagi, akan merayakan kembali kelahiranku ke dunia ini, insyaallah amin.

Source Image : deasukata.blogspot.com

Dalam perkembangan kedewasaan, memang yang paling menyakitkan adalah perempuan selalu lebih dewasa daripada laki-laki seumurannya. Ketika perempuan sudah memikirkan rencana menikah, laki-laki masih ragu dan bimbang. Perempuan untuk beberapa waktu masih bisa bertahan, namun keraguan laki-laki seringkali berkepanjangan, akhirnya pihak keluarga tak bisa mempertahankan. Endingnya..si laki-laki jadi korban perasaan!! Tersingkir dari peradaban!! Dan ... dan... kembali menjelma menjadi jomblowan. Xixixi


Oleh karena itu Jomblowan-Jomblowati rahimakumullah ( إنشاء الله ) amin

Baik buruknya keadaan yang terjadi mengiringi kehidupan sudah pasti telah ditentukan. Oleh Dia yang menciptakan makhluknya dengan berpasang-pasang. Dia telah memperhitungkan segala sesuatu. Dan ketetapannya atas dunia beserta makhuk yang menghuninya ini sudah pasti yang terbaik. Sehingga alangkah bodohnya, jikalau keadaan buruk yang menimpa, sampai membuat kita berkata bahwa Tuhan tidak adil, atau bahkan sampai menghilangkan “kepercayaan” kita kepada-Nya. Dia Maha Tahu jalan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Karena itu seburuk apapun keadaan yang menimpa kita, sebenarnya adalah cara terbaik untuk menuntun kita “kembali” ke jalan yang terbaik pula. Keadaan buruk itu hanyalah persepsi. Dan persepsi ada di tangan kita, apakah akan kita rasakan sebagai pahit atau akan kita rubah menjadi manis. Haha sedikit berkutbah menyadarkan diriku sendiri..yang pastinya jomblowan..


Dan memang, jodoh itu adalah sesuatu yang bukan dari kuasaku, aku hanya mampu berusaha. Jikalau dapat memilih tentu aku sudah tak mau lagi berlama-lama menyandang gelar jejaka ini. Dan menyempurnakan separuh agama, seperti mereka yang sudah mendahuluiku melakukan salah satu sunnah Rasulullah ini.


Namun, berbicara sunnah Rasul saw, diriku jadi teringat akan beberapa mutiara hikmah yang disampaikan beberapa kyai dan ustadz yang berkenaan dengan keputusan “aneh” seseorang perihal jodohnya. Baru-baru ini aku mendengarnya, jadi umpama kue masih hangat-hangatnya, dan umpama gadis masih kencur-kencurnya (melenceng dikit xixixi). Langsung aja ke TKP.



TKP : Tidak Menikah Why (Not) ? bagian Final






Wednesday, April 17, 2013

Nikah, Semudah Memikirkannya

Para jomblowan jomblowati rohimakumullah (insyaallah) ketahuilah:
Ngebet KAWIN adalah hak setiap santri, tak ada yang boleh melarangnya. Namun yang sering menjadi problem adalah santri itu seorang pengangguran/ kismin.

Maka ia pun tak tinggal diam dan mencari solusi hingga mendapatkan jawaban yang dapat menghibur hatinya, “Menikahlah... maka kau akan kaya. Menikah adalah salah satu pintu rizki”, ucap Kyainya.

Dengan tekad dan keyakinan kuat pergilah ia untuk melamar. Namun jawab camer, “Kamu kira KAWIN itu JALAN KELUAR? Justru KAWIN itu JALAN MASUK!” bentaknya.

# maksudnya?



Baca juga :
Tidak Menikah Why (Not)

Tidak Menikah Why (Not) II

Jomblowan Jomblowati yang dimuliakan Allah..
Ada kitab berjudul al-Ulama al-'Uzzab alladzina Atsar al-'ilm ala al-Zawaj, karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

Kitab ini berisi sekilas riwayat para ulama yang hidup selibat alias membujang atau menJOMBLO hingga akhir hayat, karena sangat sibuk dalam jagat keilmuan.

mulai dari --

  • Bisyr Alhafi 
  • Ibn Jarir Atthabari 
  • Imam an-Nawawi
  • Zamakhsyari al-Khwarizmi
  • Ibn Taymiyyah Al-Harrani 
  • Karimah binti Ahmad al-Marwaziyyah al-Makkiyyah

--- sampai yang tidak bisa disebutkan satu persatu
---
Hanya saja, saya garuk garuk kepala sambil tersenyum kecut saat membaca halaman 14:
[[حتي قال الامام بشر الحافي الكلمة المشهور في هذا المعني [[ضاع العلم في افخاذ النساء

[[وتروى هذه الكلمة بلفظ [[ذبح العلم بين افخاذ النساء

Hehehe
Jomblowan Jomblowati yang belum tahu artinya, boleh tanya ama eyang subur.. :D
wekekek salah...Eyang google maksute inyong..

Baca juga:
Tidak Menikah Why (Not) part 1
Tidak Menikah Why (Not) part 3
Tidak Menikah Why (Not) part final

Maafkan Aku, Ayah

Oleh: (Anonim)
Para suami ataupun calon suami HARUS BACA!!


Empat tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istriku sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.

Begitulah yang kurasakan, karena selama ini aku merasa bahwa aku telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anakku, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anakku.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anakku masih tertidur. Oh, aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anakku yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja.

Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, aku langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam.
Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan….. di sanalah sumber masalah’nya … sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!

Oh…Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anakku yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:

“Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya. Karena aku takut mie-nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainanku, aku minta maaf,ayah…“
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku, tetapi, aku tidak ingin anakku melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangisku. Setelah beberapa lama, aku hampiri anakku, kupeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur.

Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, aku mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.

Namun, belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, aku benar-benar menyesal. Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang ke rumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan. Dia diam saja lalu mengatakan, “Aku minta maaf, ayah“.
Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara
“pertunjukan bakat” yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu.

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahuku, bahwa di sekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, Aku yakin, jika istriku masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Tapi astaga, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus.

Mereka menelponku dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anakku telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun aku sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anakku lagi, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena aku merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf:
“Maaf, ayah”. Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu. Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah aku mendorong anakku ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada di kepalanya?
Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : “Surat-surat itu untuk ibu…..”. Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. Tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: “Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yang sama?”

“Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus”. Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung,
tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakan.

“Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada bunda.”
Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak.

Aku berjanji akan membakar surat-surat atas namanya. Jadi kubawa surat-surat tersebut ke luar, tapi…. aku jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu. Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hatiku hancur:

“Ibu sayang, aku sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara ‘Pertunjukan Bakat’ di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi bunda tidak ada, jadi aku tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi. Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencariku, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Ibu, setiap hari aku melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Aku pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua. Tapi bu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga aku dapat melihat wajahmu dan ingat bunda? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul?”

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena aku tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istriku.
----
Note : Untuk para suami dan laki-laki, yang telah dianugerahi seorang istri/ pasangan yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari pada istrimu. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.

Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yang bisa menggantikannya.

(cerpen tanpa nama pengarang ini dimuat di beberapa fanspage, group FB, maupun blog)

Baca juga:
Cerpen: Surgo Nunut Neroko Katut (untuk perempuan)

Tuesday, April 16, 2013

Tidak Menikah Why (Not) ?

IMAM AN-NAWAWY MEMBUJANG SAMPAI AKHIR HAYAT

Jangan mudah terinspirasi dengan seorang ulama besar sekaligus muhadits yang nge-jomblo sampai akhir hayatnya tanpa mengetahui illahnya, siapakah beliau?

Beliau adalah Pengarang :

  • kitab Ar-Raudhah (Raudhatut Thalibin)
  • kitab Al-Minhaj
  • kitab Mukhtashar Muharrar Fil Fiqh
  • kitab Daqa’iqul Minhaj
  • kitab Al-Manasikus Sughra
  • kitab Al-Manasikul Kubra
  • kitab At-Tibyan Fi Hamalatil Qur’an
  • kitab Tashhihut Tanbih
  • kitab An-Nukat ‘Alat Tanbih
  • kitab Syarh Shahih Muslim
  • kitab Al-Adzkar
  • kitab Riyadhus Shalihin
  • kitab Al-Arba’in
  • kitab Syarh Al-Arba’in
  • kita b Thabaqatul Fuqaha
  • kitab Tahdzibul Asma’ Wal Lughat.


Al-Imam, Al-Hafizh, Syaikhul Islam, Muhyiddin, Yahya bin Syaraf bin Murry bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an-Nawawi (Imam an-Nawawi As-syafi’i rohimahulloh wa ardhoh)

Tentang menikah beliau berfatwa dalam kitab minhaj :

"Nikah hukumnya sunah bagi orang yg membutuhkan dan punya biaya. Jika tidak punya biaya sunah hukumnya meninggalkannya dan lemahkanlah syahwatnya dengan berpuasa. Jika tidak butuh menikah, maka menikah hukumnya makruh kalau tidak punya biaya. Jika punya biaya tidaklah makruh, tetapi melakukan ibadah lebih utama. Saya (an-Nawawi) berkata jika memang seseorang tidak menggunakan waktunya untuk beribadah, maka nikah lebih utama".

Beliau hidup membujang sampai akhir hayatnya, beliau lalui hari-harinya dengan beribadah kepada Alloh azza wajalla, banyak menulis karya karya ilmiah, mengarang kitab kitab bermadhzab syafi'iyyah, mengajar dan menasihati. dan Inilah yang telah mengangkat ketinggian pribadinya, naffa'anallohu bi'ulumihi wabarokatihi...

Subhanallah


Baca juga :
Mencari Jodoh - Pasrah Kepada Allah
Dimana Jodohku
Tidak Menikah Why (Not) Part II

Jangan Terburu Menikah

Washiat al-Imam Abu Hanifah an-Nu’man Kepada Para Pemuda

ﻭﻻ ﺗﺘﻮﺯﻭﺝ ﺍﻻ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﺗﻌﻠﻢ ﺃﻧﻚ ﺗﻘﺪﺭ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺣﻮﺍﺋﺠﻬﺎ ﻭﺍﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻭﻻ ﺛﻢ ﺍﺟﻤﻊ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻼﻝ ﺛﻢ ﺗﺰﻭﺝ, ﻓﺎﻧﻚ ﺍﻥ ﻃﻠﺒﺖ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻓﻲ ﻭﻗﺖ ﺍﻟﺘﻌﻠﻢ ﻋﺠﺰﺕ ﻋﻦ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺩﻋﺎﻙ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺍﻟﻰ ﺷﺮﺍﺀ ﺍﻟﺠﻮﺍﺭﻱ ﻭﺍﻟﻐﻠﻤﺎﻥ ﻭﺗﺸﺘﻐﻞ ﺑﺎﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻗﺒﻞ ﺗﺤﺼﻴﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ, ﻓﻴﻀﻴﻊ ﻭﻗﺘﻚ ﻭﻳﺠﺘﻤﻊ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﻭﻳﻜﺜﺮ ﻋﻴﺎﻟﻚ ﻓﺘﺤﺘﺎﺝ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ﺑﻤﺼﺎﻟﺤﻬﻢ ﻭﺗﺘﺮﻙ ﺍﻟﻌﻠﻢ .
Source Image: rharasalju.blogspot.com

Janganlah engkau (terburu-terburu) menikah kecuali setelah engkau tahu bahwasanya engkau sudah mampu untuk bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan-kebutuhan istrimu. Carilah ilmu terlebih dahulu, kemudian (setelah punya ilmu) kumpulkanlah harta benda dari jalan yang halal lalu menikahlah.

Jika engkau mencari harta benda di tengah-tengah waktumu mencari ilmu, maka engkau akan lemah di dalam mendapatkan ilmu, karena harta benda selalu mengajakmu untuk terus berniaga dengan orang-orang sekitarmu, dan engkau akan tersibukkan dengan urusan dunia juga wanita sebelum engkau benar-benar mendapatkan ilmu.

(Jika itu yang terjadi) maka waktumu akan tersia-siakan, dan engkau akan mempunyai banyak anak, keluargamu akan menjadi semakin banyak juga. Oleh karena itu, maka engkau akan sangat berhajat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dan engkau lalu meninggalkan ilmu.

ﻭﺍﺷﺘﻐﻞ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻓﻲ ﻋﻨﻔﻮﺍﻥ ﺷﺒﺎﺑﻚ
ﻭﻭﻗﺖ ﻓﺮﺍﻍ ﻗﻠﺒﻚ ﻭﺧﺎﻃﺮﻙ ﺛﻢ ﺍﺷﺘﻐﻞ ﺑﺎﻟﻤﺎﻝ ﻟﻴﺠﺘﻤﻊ ﻋﻨﺪﻙ, ﻓﺎﻥ ﻛﺜﺮﺓ ﺍﻟﻮﻟﺪ
ﻭﺍﻟﻌﻴﺎﻝ ﻳﺸﻮﺵ ﺍﻟﺒﺎﻝ, ﻓﺎﺫﺍ ﺟﻤﻌﺖ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻓﺘﺰﻭﺝ.

Sibukkanlah waktumu dalam mencari ilmu pada masa-masa mudamu, pada waktu hatimu masih senggang dari banyak pikiran, kemudian setelah itu (setelah ilmu berhasil diraih), sibukkanlah dirimu untuk mengumpulkan harta benda,karena sesungguhnya banyaknya anak dan keluarga akan mengganggu pikiran. Dan ketika harta sudah kau raih, maka menikahlah.

*Di nukil dari kitab al-Asybah waan-Nadzoir li Ibni Najm
piss-ktb.com/2013/02/2228-mencari-ilmu-dahulu-lalu-baru.html

Baca juga :
Mencari Jodoh - Pasrah Kepada Allah
Dimana Jodohku
Tidah Menikah Why (Not)

Menebar Kebaikan

APA YANG SUDAH DAN AKAN KITA TULIS?

Rasulullah Saw. pernah bersabda:

“Thuubaa liman maata walam tamut hasanaatuhu. Wawailun liman maata walam tamut sayyiaatuhu.”

~ Sungguh beruntung orang yang mati tapi kebaikannya tak turut mati. Dan sungguh celaka orang yang mati namun keburukannya tidak pula ikut mati.
Source Image: ashaidra.wordpress.com

Al-Habib Umar bin Hafidz BSA mewasiatkan:
“Manusia akan mati bila sudah masanya. Tetapi tulisan akan kekal selama-lamanya. Maka tulislah perkataan yang bisa menyebabkan kita gembira di akhirat kelak.”

Friday, April 12, 2013

Mencari Jodoh - Pasrah Kepada Allah


Sehebat apapun kecerdasan Abu Nawas, ia tetaplah manusia biasa.
Kala masih bujangan, seperti pemuda lainnya, ia juga ingin segera mendapatkan jodoh lalu menikah dan memiliki sebuah keluarga.

Source Image
http://endyf.blogspot.com

Pada suatu ketika ia sangat tergila-gila pada seorang wanita.
Wanita itu sungguh cantik, pintar serta termasuk wanita yang ahli ibadah.
Abu Nawas berkeinginan untuk memperistri wanita salihah itu.
Karena cintanya begitu membara, ia pun berdoa dengan khusyuk kepada Allah SWT.

Ya Allah, jika memang gadis itu baik untuk saya, dekatkanlah kepadaku.
Tetapi jika memang menurutmu ia tidak baik buatku, tolong Ya Allah, sekali lagi tolong...pertimbangkan lagi ya Allah," ucap doanya dengan menyebut nama gadis itu dan terkesan memaksa kehendak Allah.

Abu Nawas melakukan doa itu setiap selesai shalat lima waktu.
Selama berbulan-bulan ia menunggu tanda-tanda dikabulkan doanya.
Berjalan lebih 3 bulan, Abu Nawas merasa doanya tak dikabulkan Allah.
Ia pun introspeksi diri.

Mungkin Allah tak mengabulkan doaku karena aku kurang pasrah atas pilihan jodohku," katanya dalam hati.

Kemudian Abu Nawas pun bermunajat lagi.
Tapi kali ini ganti strategi, doa itu tidak diembel-embeli spesifik pakai nama si gadis, apalagi berani "maksa" kepada Allah seperti doa sebelumnya.

Ya Allah berikanlah istri yang terbaik untukku," begitu bunyi doanya.

Berbulan-bulan ia terus memohon kepada Allah, namun Allah tak juga mendekatkan Abu Nawas dengan gadis pujaannya.
Bahkan Allah juga tidak mempertemukan Abu Nawas dengan wanita yang mau diperistri.
Lama-lama ia mulai khawatir juga.
Takut menjadi bujangan tua yang lapuk dimakan usia.
Ia pun memutar otak lagi bagaimana caranya berdoa dan bisa cepat terkabul.

Abu Nawas memang cerdas.
Tak kehabisan akal, ia pun merasa perlu sedikit "diplomatis" dengan Allah.
Ia pun mengubah doanya.

"Ya Allah, kini aku tidak minta lagi untuk diriku.
Aku hanya minta wanita sebagai menantu Ibuku yang sudah tua dan sangat aku cintai Ya Allah.
Sekali lagi bukan untukku Ya Tuhan.
Maka, berikanlah ia menantu," begitu doa Abu Nawas.

Dasar Abu Nawas, pakai membawa nama ibunya segala, padahal permintaanya itu tetap saja untuk dirinya.
Allah Maha Tahu, tidak perlu dipolitisir segala.

Tapi barangkali karena keikhlasan dan "keluguan" waliyullah Abu Nawas tersebut, Allah pun menjawab doanya.

Akhirnya Allah menakdirkan wanita cantik dan salihah itu menjadi istri Abu Nawas.
Abu Nawas bersyukur sekali bisa mempersunting gadis pujaannya.
Keluarganya pun berjalan mawaddah warahmah.


Lihat Juga:
Dimana Jodohku??
Jangan Terburu Menikah


Source: http://kisahpetualanganabunawas.blogspot.com/2010/09/doa-abu-nawas-untuk-minta-jodoh.html

Wednesday, April 3, 2013

Tak Perlulah Aku Galau

Seorang laki-laki datang kepada Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah. Ia bertanya, “Apa rahasia sifat zuhudmu terhadap dunia wahai sang imam?”

Beliau menjawab, “Ada empat hal :

  • Aku tahu bahwa rezekiku tidak akan diraih oleh orang lain. Maka aku menyibukkan diriku sendiri untuk rezekiku.
  • Aku tahu bahwa amal perbuatanku tidak akan dilakukan oleh orang lain. Maka aku menyibukkan diriku sendiri untuk melakukannya.
  • Aku tahu bahwa Allah Ta’ala selalu melihatku. Maka aku malu bila Allah Ta’ala melihatku sedang berbuat maksiat.
  • Aku tahu bahwa kematian menantiku. Maka aku mempersiapkan bekal untuk menghadap Rabbku.”




Semoga bermanfaat

Facebook Comment