Tuesday, October 29, 2013

Ya Allah, Sunggu Aku Mencintainya

Kalau kamu mencintai saudaramu, maka sampaikanlah rasa cintamu padanya. Katakan padanya,

"Aku mencintaimu."

Kalau tidak mampu menyampaikan, katakanlah dalam doamu,

 "Ya Allah, sungguh aku mencintainya." 

Karena kita tidak tahu, siapa di antara saudara kita yang kelak akan menjadi penolong kita di hari kiamat. Sedangkan Allah telah menjanjikan sebuah naungan agung bagi dua orang yang saling mencintai karena Allah, yang bertemu dan berpisah hanya karena-Nya.

Orang-orang yang saling bekerjasama dalam maksiat di dunia, akan saling cela di akhirat. Maka, kita butuh saudara dalam ketaatan, agar dapat menolong kita kelak.
Semoga kita termasuk di antara mereka yang saling mencintai karena Allah. Amin.







Kebersamaan Yang Tak Meninggalkan Kesan

Salah satu cara menimbulkan cinta juga adalah dengan seringnya bersama.
Dalam istilah jawa “Witing Tresno Jalaran Soko Kulino”

Banyak diantara kita yang jatuh cinta kepada orang-orang yang berada di sekitarnya karena seringnya bersama. Pergi sekolah sama-sama, pulang sama-sama, mengerjakan tugas bersama, bahkan dihukum pak guru pun bersama.

Atau karena sering bertugas bersama pun dapat menimbulkan rasa cinta.

Betul??

Namun tentunya kebersamaan yang dimaksud adalah kebersamaan memiliki nilai atau dengan istilah di film bad boys "Quality Time".
Kebersamaan yang tidak menimbulkan kesan apapun tidak juga menimbulkan rasa cinta, seolah angin lalu.

Ada tetapi tiada lebih kurang begitulah katanya.

Nah, diantara kita ada yang sudah berusia 50 bahkan 60 tahun, itu artinya sudah sekitar 35 hingga 45 tahun baligh. Dimana setiap harinya minimal 5 kali shalat wajib, lebih kurang 150 kali shalat dalam sebulan atau 1.800 kali dalam setahun yang bila dikalikan 35 tahun lebih kurang 63.000 kali.

Sekian banyak shalat yang merupakan media paling agung untuk bersama Allah, sudahkah menimbulkan rasa cinta?
Image Source
Atau jangan-jangan shalat yang telah dilakukan itu tidak ada kesannya... sehingga shalat atau pun tidak tak ada bedanya...?




#tunjuk_diri





Tanda Jatuh Cinta

Sesuai hadits Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai'an katsura dzikruhu), sabda Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya
(man ahabba syai'an fa huwa `abduhu).

Nabi menyebutkan ciri dari cinta sejati ada tiga :
(1) lebih suka berbicara dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain,
(2) lebih suka berkumpul dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan
(3) lebih suka mengikuti kemauan yang dicintai dibanding kemauan orang lain/ diri sendiri.
Bagi orang yang telah jatuh cinta kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Allah SWT dalam i`tikaf, dan lebih suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain.


Tuesday, October 1, 2013

Pertanyaanku Terjawab

Mungkin karena aku (Ust Saief) baru menikah, jadi banyak teman-teman di dunia nyata maupun di dunia maya bertanya tentang pernikahan, salah satu pertanyaannya “Bro, menurut nte umur berapa kita pantas atau cocok untuk menikah?”.
Sebenarnya kalau mau jawab, mungkin aku bisa menyebut angka berapapun sesuka hati, tanpa harus berpikir panjang apalagi harus duduk menulis notes untuk menjawab, jawab saja “umur 30”, atau “umur 25”. meskipun sebenarnya saat menjawab itu, kita perlu jawaban yang pantas dan sesuai dengan keadaan dan fitrah kita sebagai manusia, jadi mungkin sebelum menjawabnya aku perlu memberikan sedikit mukaddimah.

Mungkin aku pernah mengatakan bahwa Allah memberikan dua hal pada manusia, sebut saja instinc atau nafsu atau apalah; pertama, keinginan untuk mempertahankan hidup, keinginan itu yang mendorongnya untuk makan dan minum. kedua, keinginan untuk menjaga kelangsungan keturunan, apa yang berlaku untuk instinc pertama juga berlaku bagi instinc kedua. katakana padaku, kapan seorang manusia itu makan? maka akan ku katakan padamu kapan dia harus menikah!

“Kapan manusia makan?” pasti kamu jawab, “saat dia lapar”.
Jadi,menikahlah saat merasa sudah “ingin”, artinya setelah baligh dan dewasa, normalnya sekitar umur 18 tahun.
“Lah, kalau dia tidak memiliki kemampuan materil untuk menikah pada umur 18, apa yang harus dia lakukan?”
Lakukan apa yang dilakukan orang lapar, yang tidak memiliki apapun untuk dimakan, bersabar dan berpuasa.
“Kalau orang lapar tidak mempu menahannya, sedangkan di depannya ada makanan, kemudian terpaksa dia mencuri dan memakannya, apa yang kita lakukan?”

Masyarakat seharusnya memudahkan dan membantu orang yang lapar, supaya dia bisa mendapatkan makanan, sehingga dia tidak harus melakukan tindakan criminal untuk mengisi perutnya. kalau memang terpaksa dia harus lapar, maka bagi orang-orang yang punya harta dan makanan harus ekstra hati-hati menjaga harta dan makanan mereka supaya tidak dicuri. dari satu sisi orang kelaparan itu memiliki hak untuk makan, dari sisi lain dia adalah penjahat karena mengambil hak milik orang lain. ini yang ku katakan untuk pernikahan.

Waktu normal untuk menikah adalah setelah baligh, namun saat itu seorang pemuda pasti sedang sibuk dengan sekolahnya, pencarian jati dirinya, dia tidak punya income yang tetap, masih meminta pada orangtua, masih belum memiliki pekerjaan, karena harus sekolah, paling tidak sampai umur 25 tahun dia baru selesai. artinya kondisi social dan keadaan tidak mendukungnya, keadaan itu memang tidak bisa dinafikan dan bertentangan dengan fakta yang dirasakan pemuda tadi. jadi, apa yang harus kita lakukan? apa yang harus dilakukan pemuda yang harus melewati hari-harinya tanpa ikatan nikah, padahal pada umur-umur antara 18 sampai 25 adalah masa-masa dimana gejolak syahwat membakar dirinya?

Allah meletakkan api syahwat yang menggelora di dalam diri pemuda itu, kalau tidak dipadamkan dengan pernikahan, maka dia akan membakar dirinya dengan rasa sakit, atau dia membakar rumah tangga orang dengan perbuatan asusila. disinilah letak permasalahan utama kita, ini yang harus kita carikan solusi dan kita bahas untuk mendapatkan jalan keluarnya.

Sebenarnya mudah saja menjawab hal itu, seorang penulis professional duduk di atas kursi, membuka laptop atau komputernya, dan menarik rokoknya, kemudian menarik nafas dalam-dalam, dan menulis, “menurut saya, umur yang paling cocok untuk menikah adalah 30 tahun….”. ya, ini pendapat anda, tapi ini tidak memberi solusi untuk masalah!

Kalau cuma berbicara sangat mudah, seorang Hakim yang memutuskan hukuman mati bagi seorang terdakwa dengan mudahnya mengetuk palu, tanpa sedikitpun dia merasa susah, Cuma menggerakkan mulut dan lidahnya saja. yang jadi masalah itu si terdakwa yang dikenakan hukuman mati, dia yang bingung dan menderita. dan dalam masalah ini, yang terdakwa dan terpidana adalah si pemuda….dan pemudi juga!

Kalau tabiat anak muda dan fitrahnya pada umur-umur ini “haus seks”, maka sangat mengenaskan kalau saudara kita sang penulis professional itu memutuskan agar si pemuda menikah pada umur 30 tahun, jadi apa yang harus dia lakukan selama 12 tahun itu menunggu angka 30!

Apalagi dia hidup dalam masyarakat yang “menghalanginya” menikah itu, tidak mendukungnya, bahkan menambah “bensin” ke dalam api yang sedang membara dalam diri pemuda itu, setiap kali dia lupa sama syahwatnya, mereka mengingatkannya lagi dengan poto-poto telanjang di pinggiran jalan, di media-media, dengan film-film tak berakhlak, dengan pergaulan-pergaulan bebas. saat dia berjalan di jalanan, dia menemukan godaan, masuk kampus juga menemukan hal yang sama, dimana-mana dia mendapat godaan, dan kita menyuruhnya bersabar 12 tahun dalam kondisi seperti itu, dan sambil kita bentak kita katakan, “nggak usah mikirin cewek dulu, belajar dulu sana,kuliah yang bener!”.

Wallahi, dipenjara 12 tahun tidak lebih berat daripada apa yang dirasakan seorang pemuda yang harus menahan diri untuk tidak menikah 12 tahun!

Terus apa solusinya?

Solusinya kita harus kembali kepada fitrah, kebutuhan dan hukum alam, tidak ada manusia yang mampu melawan hukum alam. kita harus kembali pada kebiasaan seperti orangtua kita dulu, mereka menikah pada umur 18 tahun bagi pemudi dan 17 tahun bagi pemudi, kalau itu tidak memungkinkan saat ini, maka paling tidak kita harus mendidik anak-anak kita untuk takut pada Allah supaya tidak melakukan hal-hal negatif, dan kita ajarkan akhlak islamiyyah, dan kita berusaha membersihkan lingkungan kita dari hal-hal negatif yang mengganggu anak muda, dan kita jaga anak-anak putrid kita agar tidak terjerumus dalam hal-hal negatif dan jangan sampai dia “kecurian” harta paling berharga dalam hidupnya itu, harus kita jaga anak-anak kita seperti kita jaga harta kita dari pencuri.

Inilah jawaban yang ku tahu, aku yakin siapa yang membaca ini pasti akan mengatakan, “ya, benar sekali apa yang kamu katakan”, tapi sayangnya tidak ada yang mau melakukannya. Wallahu A’lam.




Oleh: Ust. Saief Alemdar

Sahabatku di Bambu Beracun

Kepada sahabatku yang sedang patah hati:

Patah hati itu dapat berlaku selama yang pean kehendaki, dan meninggalkan luka sedalam yang juga pean inginkan, tantangannya bukan bagaimana pean bisa tetep hidup setelah patah hati, tapi bagaimana pean dapat memetik pelajaran dari peristiwa tersebut.


Saat dia pergi meninggalkan pean, pean ndak perlu sedih, karena sebenere dia meninggalkan orang yang mencintainya, sedangkan pean hanya ditinggalkan oleh orang yang tidak mencintai pean..


Colek Admin Bambu Beracun




Aku Cintai Apapun Dirimu

Syair Sayyidah Fatimah dan Sayyidina Ali 


احبك مثلما انتي
Aku mencintaimu apapun dirimu
احبك كيفما كنتي
Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu
ومهما كان مهما صار
Apapun yang terjadi dan kapanpun
انتي حبيبتى انتي
Engkaulah cintaku
زوجتي
Duhai istriku
انتي حبيبتى انتي
Engkaulah kekasihku

حلالي انت لا اخشى عزولا همه مقتي,
لقد اذن الزمان لنا بوصل غير منبتي

Engkau istriku yang halal, aku tidak peduli celaan orang, kita satu tujuan untuk selamanya.

سقيت الحب في قلبي بحسن الفعل والسمت, يغيب السعد إن غبت ويصفو العيش إن جئت

Engkau sirami cinta dalam hatiku dengan indahnya perangaimu, kebahagiaanku lenyap ketika engkau menghilang lenyap, hidupku menjadi terang ketika engkau disana.

نهاري كادح حتى إذا ما عدت للبيت, لقيتك فانجلى عني ضناى اذا ما تبسمت

Hari-hariku berat sampai aku kembali ke rumah menjumpaimu, maka lenyaplah keletihan ketika engkau tersenyum.

تضيق بى الحياة اذا بها يوما تبرمتي
فأسعى جاهدا حتى احقق ما تمنيتي

Jika suatu saat hidupmu menjadi sedih, maka aku akan berusaha keras sampai benar mendapatkan apa yang engkau inginkan.

هنائى انت فلتهنئى بدفء الحب ما عشتي
فروحانا قد ائتلفا كمثل الارض والنبت

Engkau kebahagiaanku. Tanamkanlah kebahagiaan
selamanya., jiwa-jiwa kita telah bersatu bagaikan tanah dan tumbuhan.


Rasa Rinduku ini terlahir dari sebuah ketukan
Kasih Sayangku ini terlahir dari sebuah ketukan
Cintaku ini terlahir dari sebuah ketukan
Yaitu : ketukan hati yang KAU buat saat aku mengenalMU melalui KekasihMU yang memiliki akhlak terindah bagaikan Bulan Purnama




Facebook Comment