Wednesday, July 4, 2012

Aku dan Pengkhianatan Kataku


Sekitar 2 tahun lalu, saya pernah menulis sebuah ungkapan. Lancar sekali saya menuliskannya, (mungkin karena ditemani sebungkus Mild :D) tertulis judulnya adalah “Aku dan pengkhianatan kataku”. Jadi teringat, kalau saya waktu itu ingin menuliskan perasaan sedih (galau :D) yang sudah terjadi berhari-hari. (Haha Laki pun bisa galau lo wkwk). Za begitulah, karena kadang saya sendiri ragu, apakah saya benar-benar laki-laki..wkwk


Back to the point, dan ternyata eh ternyata..ketika saya beres-beres kamar (kamar saya tidak beres) dan bersih-bersih, tak terduga saya menemukan catatan ini (ungkapan sedih ini). Dalam keadaan terlipat, tertulis di lembaran yang kotor. Saya baca-baca...dan...jadi teringat tempo dulu..begitu sedih begitu piluuu. wkwk
Tapi yang terjadi hari ini, beda...saya malah tersenyum dan tertawa membacanya..wkwk

Apa yang saya catatkan dulu adalah ungkapan sedih, dan ketika saya membacanya sekarang. Sedihnya telah hilang dan tinggal lucunya yang kelihatan..wkwk :D

Ternyata ada benarnya, apa yang dituliskan seorang teman, yang kurang lebih begini:
“Sesedih-sedihnya dirimu di hari kemarin, bisa jadi leluconmu untuk hari ini.
Jadi tak apalah dirimu bersedih hari ini, mungkin saja akan menjadi bahan tawamu di suatu saat nanti.”

*Berikut tulisan yang saya buat dulu, (saya erase sebagian)

Aku dan pengkhianatan kataku, pilihan antara air mata dan asap














Tak ada yang ingin aku katakan,
Bahkan tak ada yang bisa keluar dari mulutku
Akhirnya q bakar mulutku dengan asap
Berharap semua yang ada akan terlihat
Semua yang tersembunyi kan tersingkap
Semua yang tertahan kan terbebaskan
Semua yang tersimpan keluar tanpa hambatan
Bersama asap yang mengepul dan yang terbebas
Fuuuh
Fikirku..


Itulah aku sekarang..
Telah kusesali diriku
Yang tiada kata terucap dari mulutku
Dan hanya air mata yang mengerti perasaanku


Karenanya, aku pernah kehilangan
Seorang ratu yang elok nan anggun (*****)


Karenanya, semua berlalu tanpa mampu kufahami
Manisnya senyuman dan kasih sayang (** **)


Kucari kata yang tepat
Dan kan terucap tapi tertahan
Oleh waktu yang selangkah di depanku
Ataukah karena memang lambatnya kataku
Tak terucapkan saat dia masih disisi (* ***)
Kusesali..


Dimanakah ku simpan kataku saat itu
Hingga tak mampu kutemukan
Akhirnya q bertahan
Lamakah aku bertahan?
Ataukah aku memang menunggu kehilangan
Dia pergi meninggalkanku (** * *)


Mereka tak mungkin bersabar
Menanti kata yang masih belum terfikirkan
Apalagi diriku..
Bagaimanakah bisa aku tak berfikir satu kata untuk mereka..
Saat itu..


Kusesali..
Apa yang telah terjadi..
Dan apa yang akan terjadi..
Itulah aku dan air mataku..


Apa yang terjadi kan ku pahat dalam hati
Agar slalu ingat..
Bahwa hanya karena kata yang tertahan
Semua bisa terjadi


Apa yang akan terjadi
Kan kuawali dengan asap
Yang mengiringi kata perkata
Takan kubiarkan kata mengkhianati hati ini lagi
Kubungkus kataku dengan asap
Kuharapkan dia sudah tak malu lagi untuk terucap
Karena telah kuslimuti dengan hangatnya asap


Kataku, airmataku dan asap
Kuingin asap menemani kataku
Kuingin asap menyeka airmataku
Kuingin asap tak mengulang apa yang pernah terjadi padaku


Ataukah asap malah akan menderaikan airmata layaknya mendung di langit
Ataukah asap malah memberikan rasa pahit di dalam kata perkata layaknya
setetes nila


Q tak tahu..
Dan ketidak tahuanku tetap akan menuntunku kepadamu..
Asap yang mengepul
Fuuuh


Quote:
Terimakasih.. 
“Menertawakan dunia itu sungguh mengasyikkan, apalagi bila tahu caranya..”

No comments:

Facebook Comment