Nggak Penting Jadi Masalah
Oleh: Saief Alemdar
Sekarang di depanku ada dua surat, pertama dari seorang pemuda, pegawai negeri sipil dan satu lagi dari seorang gadis. surat pertama berisi curhatan tentang permasalahan social yang dihadapinya, dan mungkin ini juga mewakili permasalahan masyarakat kita secara umum. sedangkan yang kedua adalah surat berisi solusi untuk permasalahan di surat pertama. aneh sekali dua surat ini bisa datang bersamaan, jangan kira ini adalah hayalan, disini lengkap tertulis nama dan alamat pengirim. aneh, tapi nyata.
Surat pertama, penulisnya menceritakan bahwa dia adalah seorang pegawai negeri sipil, memiliki wajah yang lumayan, berakhlak baik dan ingin menjaga kesucian hati dan dirinya dengan menikah dan membina sebuah keluarga sederhana. Dia pertama kali pernah melamar seorang wanita, keluarga wanita menerima kebaikan akhlak dan keshalehannya dalam beragama,namun mereka mengatakan “gajimu sangat kecil”.
Pada lamaran kedua, dia menjelaskan bahwa dia pegawai negeri kecil dengan gaji tidak terlalu besar, keluarga wanita mengatakan, “gaji kecil atau besar tidak penting!”. dia gembira mendengar hal itu, namun komentar terakhir dari keluarga wanita membuatnya harus mundur untuk kedua kalinya, yaitu mereka mengatakan bahwa tampangnya yang pas-pasan itu kurang cocok dengan putri mereka. entah betul wajahnya jelek atau pas-pasan, aku juga tidak pernah melihatnya, tetapi dia mengakui bahwa wajahnya nggak hancur-hancur banget.
Dia melamar wanita lain untuk yang ketiga kalinya, keluarga wanita mengatakan, “kami tidak ingin masalah,yang penting kamu baik dan bertanggungjawab”. dia mengatakan, “saya pegawai kecil, gaji saya cuma 1,5 juta sebulan, dan tampang saya seperti yang anda lihat”. “kami tidak mempermasalahkan gaji dan tampang, kami terima itu semua. tapi, kami juga tidak bisa menutupi bahwa kakaknya putrid kami ini menikah dengan mahar 60 juta, dan tidak mungkin mahar adiknya lebih rendah”. saat nominal 60 juta disebutkan, dia langsung mengatakan, “Assalamualaikum….”.
Dia melamar yang ke empat kali, dia mengatakan gajinya sekian, tampangnya pas-pasan, dan dia hanya mampu membayar mahar 20 juta. keluarga wanita menerimanya dengan senyuman, tapi mereka mengatakan, “ya tidak masalah, tapi kamu harus menyewa rumah dan lengkap dengan perabotannya, tidka boleh tinggal bersama keluarga”. mendengar itu, dia pun pergi, syarat yang lebih parah dari mahar.
Ini lamaran yang kelima, semuanya lancar, keluarga wanita menerima apa adanya, semua sudah disiapkan, fatehah pun telah dibacakan, acara akan segera dilaksanakan, namun pada detik-detik terakhir ternyata keluarga wanita tidak bisa menerima ibusi laki-laki yang terkesan “kampungan”, tidak tau berdandan, tidak tau etika berkunjung, tidak paham table-manner. Sang ibu tertangkap basah melakukan “kajahatan besar” saat makan semangka memakai garpu untuk makan daging, kemudian beliau minun sup buah dengan hirupan yang bersuara, dan makan apel tanpa mengupas kulitnya! untung tidak disebut kesalahan lain, yaitu saat ibu itu makan, dagunya bergerak-gerak!
Akhirnya dia melupakan cerita dan niat menikah, pada akhir surat dia mengungkapkan emosinya dengan cacian pada wanita dan orangtua wanita yang resek-resek itu,serta dilengkapi pula cacian untuk masyarakat.
Image Source: http://www.rimanews.com/read/20121222/85819/menurut-ustadz-al-habsyi-orang-yang-berpoligami-berarti-lupakan-ibunya
surat kedua,seorang gadis menceritakan bahwa dia tiga bersaudara, tapi mereka tinggal bersama kakak laki-lakinya, karena orangtua mereka telah tiada. kakak laki-lakinya itu baik, tidak pernah marah, dan semua kebutuhan mereka tercukupi, hanya saja setiap ada laki-laki yang datang melamar mereka, kakaknya pasti mencari-cari alasan untuk menolak lamaran itu. si A, gajinya sedikit, dia khawatir tak mampu memenuhi kebutuhan adiknya kalau menikah dengan si A. Si B, kurang berpendidikan, tidak cocok dengan adiknya. Si C, tidak punya keluarga, dia khawatir kalau nanti adiknya ada masalah tidak ada tempat musyawarah dan curhat. si D kebanyakan adik, takutnya adiknya akanterzalimi oleh keluarga itu, dan seterusnya. si gadis ini khawatir kalau terus-terusan menolak lamaran orang, dia akan jadi perawan tua.
Itulah dia dua masalah yang menjadi curhatan dua pemuda dalam surat itu. rumah penuh dengan gadis, menunggu ada yang datang menikahinya. pemuda-pemuda jomblo keliling kampong mencari gadis untuk dinikahi. tetapi, antara dua anak manusia ini ada penghalang, yang menghalangi mereka untuk berhubungan secara halal. adapun hubungan yang tidak halal tidak ada penghalang! penghalang disini adalah orangtua. maaf, aku tidak bermaksud menyamakan semua oragtua, tapi mereka-mereka orangtua yang tidak sadar kalau di dunia ini akan ada wabah luar biasa, yang menghancurkan akhlak dan merusakkehormatan, yang tidak bisa diobati kecuali dengan pernikahan. semua orang yang menghalang-halangi kemudahan dalam pernikahan, padahal dia mampu memudahkan, itu semua telah menyumbangkan untuk memperparah wabah itu.
Kerusakan yang timbul dari wabah itu akan terjangkit dan merugikan kedua pihak, laki-laki dan wanita, namun yang diderita wanita jauh lebih parah. saat seorang pemuda melakukan kesalahan itu, setelah itu dia pergi, sisanya ditanggung wanita. suatu saat orang akan mengatakan saat laki-laki tadi akan menikah, “dulu dia pernah salah, sekrang telah taubat”, tapi kesalahan itu selamanya akan tetap diingat pada wanita, tak akan ada taubat.
Ini bukan berarti seorang ayah langsung memberi anak gadisnya kepada siapapun yang meminta, tetapi dia harus mengikuti aturan main juga. paling tidak dia melihat ke agama yang melamar, kalau memang agamanya bagus, dan akhlaknya baik, dia melihat ke keluarganya,adat dan cara berpikir mereka, kalau memang keluarga itu cocok, dari berbagai segi yang menajdi pertimbangan social, dan kira-kira anak gadisnya bisa hidup di keluarga baru itu, silahkan diterima dan dimudahkan.
Adapun mahar, itu adalah kewajiban, tapi jangan sampai terlalu memberatkan laki-laki, dan tidak juga mengurangi hak-hak wanita. mahar adalah kewajiban, namun hal-hal lain yang tidak penting dan tidak ada hubungannya dengan pernikahan dan kehidupan calon keluarga itu besok hari, tidak perlu dipermasalahkan, karena itu adalah adat dan kebudayaan yang tidak baik.
Ada contoh-contoh kebiasaan jelek yang tidak ada hubungan dengan pernikahan, seperti pakaian pada saat resepsi walimatul ursy,walimatul ursy harus ada, karena itu sunnah, tapi tidak perlu membebankan diri dengan pakaian dan penampilan macam-macam kalau memang tidak mampu. seorang ibu, tidak mungkin memakai pakaian yang sama pada resepsi anak keduanya, apa kata orang! kakak perempuan juga demikian. bibi dan buk de juga tidak mau ketinggalan. setiap wanita itu membebankan suami masing-masing dengan pakaian baru setiap ada pesta resepsi pernikahan! sekali ada pesta pernikahan, bisa merusakan anggaran rumah tangga bulanan 40 keluarga!
Belum lagi biaya pelaminan, biaya souvenir, dan biaya-biaya lainnya yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan pernikahan, hanya karena memikirkan hal-hal itu, pernikahan ditunda sampai tabungan cukup! sangat mengenaskan. ini untuk pesta biasa, di masyarakat menengah kebawah. belum lagi dengan pesta yang diadakan dengan bermacam-macam jenis tabzir dan maksiat-maksiat.
Belum lagi kebiasaan harus memberikan kado balasana saat ada pesta pernikahan, yang terkadang karena gengsi-gengsian sebenarnya kado yang dihadiahkan itu tidak bermanfaat sama sekali. saat anak anda menikah, si A memberi hadiah kado tertentu, saat anak dia menikah anda dituntut memberikan hadiah kado juga, meskipun tidak lebih mahal, paling tidak nggak lebih murah, karena “tidak enak”. akhirnya anggaran bulanan rumah tangga yang pas-pasan terkuras lagi untuk pengeluaran yang sebenarnya tidak signifikan.
“Kalau ada kebahagian di rumah orang dengan pernikahan anaknya, apakah harus ada kesedihan di rumah lainnya karena anggaran rumah tangga terkuras?”, begitu kata suami saat istri meminta uang buat kado pernikahan anak tetangga.
“Apa kamu lupa saat anakmu menikah, dia menghadiahkan lampu hias terbuat dari Kristal mahal!”, jawab istrinya.
“Emang aku minta hadiah mahal seperti itu? terus apa gunanya hadiah itu?itu juga sudah dibawa sama anak kita, bukan dipasang di rumah kita, kalaupun dipasang di rumah kita apa gunanya?yang ada Cuma khawatir takut ada anak kecil iseng melempar Kristal itu, jatuh dan pecah!”.balas suaminya lagi.
“Nggak bisa!pokoknya kita harus kasih kado yang mahal!titik!”. kalau istri udah bilang gitu, sang suami terpaksa angkat bendera putih, tanda menyerah, meskipun sambil ngedumel.
Mari kita perhatikan yang dibutuhkan dua anak manusia itu yang akan menempuh hidup baru, jangan sampai gara-gara hal-hal lain yang bersifat tersier, pernikahan yang primer terlewatkan. jangan sampai hanya karena ingin dilihat orang, kita menyusahkan diri dan dua manusia yang ingin bersatu dibawah perintah Tuhan.
Wahai orangtua yang memiliki anak gadis, janganlah menolak apabila ada pemuda baik-baik yang datang melamar anak gadismu, dan jangan menyusahakan dan mempersulit. dan wahai anak-anak muda jomblo, segeralah menikah, karena tidak ada ketaatan pada Allah setelah melakukan kewajiban rukun islam dan meninggalkan yang haram yang lebih baik daripada pernikahan, karena dengan itu kamu biasa menjaga akhlak dan agamamu. Wallahu A’lam
No comments:
Post a Comment