Saturday, November 10, 2012

Jodohku Dimana ?

Pertanyaan yang mengandung kegelisahan, dan ingin segera menemukan ataupun ditemukan dengan jawabannya. Menjadi kegelisahan yang sering dirasakan oleh pemuda-pemudi yang belum menikah. Bahkan boleh dikatakan sebagai makanan sehari-hari dikala sendirian di waktu luang, ataupun dikala menghadiri sebuah undangan pernikahan. Kapan giliran menikah, seperti tak kunjung tiba. Ditambah lagi bila bertemu dengan teman yang seringkali menanyakan “kapan menikah?”, sungguh-sungguh pertanyaan yang menggelisahkan. Bila yang bertanya sudah menikah, pertanyaan itu bisa dianggap sebagai pertanyaan penyemangat yang menyakitkan, dan apabila yang bertanya juga sama-sama masih belum menikah, bisa jadi pertanyaan itu seperti pertanyaan gurauan canda yang menggelisahkan. Haha..serba tidak nyaman. :D Cuma pendapat penulis.
Dan kemarin sewaktu penulis menghadiri acara majelis dzikir dan taushiyah, penulis merasa ada beberapa hal yang terasa bermanfaat bagi diri penulis sendiri. Sehingga penulis berkeinginan untuk mengabadikan dengan menuliskannya. Acara tersebut diadakan di masjid yang masih bertetangga desa, sehingga penulis merasa harus menyempatkan waktu untuk menghadirinya, terlebih lagi acara tersebut dihadiri oleh Habib Husein Ba’bud dan Abuya Yahya dari Cirebon, yang tidak lain adalah salah satu orang yang menjadi motivator bagi penulis dalam beberapa hal. Dan akhirnya menjadi pelajaran yang sangat berharga terkhusus bagi penulis sendiri.
http://kumpulanceramahislammp3.blogspot.com/2010/04/ceramah-buya-yahya-majelis-al-bahjah.html
Dan berikut ini catatan kecil yang penulis buat berkenaan dengan judul di atas :
Ada kurang lebihnya, memang penulis sengaja (ditambah-tambahi).
1.    Bagi engkau para pemuda, janganlah engkau berdoa memohon agar didekatkan jodohmu, tapi berdoalah agar engkau dijauhkan dari perbuatan zina beserta muqodimah-muqodimahnya.
Bukan maksud melarang berdoa memohon jodoh, namun sebuah anjuran bahwa menjauhi zina (kemaksiatan) itu lebih baik daripada bertemu jodoh, tanpa tahu batasan agama tentang zina. Dan insyaallah apabila sudah dijauhi perbuatan zina, semoga Allah mempertemukan dengan jodoh yang bisa melengkapi keutuhan agama.
2.      Jadikanlah pernikahanmu itu sebagai sarana untuk berbuat baik kepada orang tua (birul walidain)
Karena terkadang terjadi, seorang pasangan lebih mengedepankan kepentingan pasangannya dan menunda bahkan membiarkan, tanpa peduli kedua orangtuanya. Seorang istri memang harus mematuhi perintah suaminya, bahkan boleh dikatakan “harus” lebih mementingkan urusan suaminya daripada orang tuanya sendiri. Namun suami yang baik, akan mengerti kedudukannya, bahwa berbuat baik kepada orang tua itu tetap akan menjadi sebuah kewajiban bagi seorang anak. Sehingga, dia akan lebih memilih agar antara perintahnya kepada sang istri dan kepentingan istri dengan orang  tuanya tetap bisa berjalan beriringan, dan tidak saling menjatuhkan. Seorang suami akan selalu mengizinkan istrinya untuk tetap mengabdi dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Dan akan menjadi hal yang lebih lagi, bila seorang suami mampu bersama-sama dengan istri mencurahkan segalanya demi berbakti kepada keduanya. Mereka tetap menyadari kewajiban sebagai seorang anak sementara tentu saja juga tidak lupa akan kewajiban sebagai orang tua dari anak-anaknya sendiri. Semoga tetap menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.  
3.      Jika engkau menginginkan anak-anakmu kelak menjadi anak yang sholeh dan berbakti, maka berbaktilah kepada kedua orang tuamu.
Berbakti kepada kedua orang tua tidak terbatas dalam bentuk lahir saja, namun dalam bentuk sikap batin juga. Sehingga meskipun berada jauh dari jangkaun orang tua, berbakti kepada keduanya masih bisa dilakukan. Doakan kebaikan untuk keduanya dan jangan lupa sempatkan waktu untuk menelepon mereka. Begitupun juga, apabila masih berada dekat dengan orang tua, ataupun masih tinggal seatap dengan keduanya, hendaknya janganlah setiap urusanmu masih menjadikan beban bagi mereka. Meskipun itu urusan yang dianggap ringan sekalipun. Selesaikanlah bila urusan itu memang dirasa ringan dengan usaha sendiri. Pertanyaan untuk hati kita “Tegakah engkau melihat piring bekas makananmu dicuci oleh ibumu sendiri?”.

No comments:

Facebook Comment