Monday, December 24, 2012

Diary Bodoh - Edisi Pengambilan Rapor

A few days ago, saya menghadiri acara sekolah, pertemuan antara wali murid dengan guru kelas. Saya lihat di dalam ruangan tempat saya berada ada sekitar 30an lebih bapak bapak dan ibu ibu yang tentunya memakai pakaian rapi (karena yang sekolah mayoritas dari orang tua golongan menengah ke atas :D, terbukti dari mobil yang terparkir di halaman, entah itu masih kreditan atau pinjam dari rent car :D), terlihat beberapa masih mengenakan seragam dinas tempat bekerja.
Pagi ini memang sesuatu yang spesial buat mereka, hingga para orang tua ini benar-benar menyisihkan waktu diantara jadwal sibuknya sehari-hari. Za, pagi ini adalah acara sakral tahunan sekolah. Hari pembagian rapor anaknya. Apakah anaknya mendudukkan mereka di kursi tamu dengan perasaan bangga (ow ini lo anakku) atau malah mempermalukan mereka (kata "mempermalukan" ini hanya pikiran saya) selama satu semester selanjutnya.
Acara yang ditulis di kertas undangannya jam 9, namun sampai ada kelebihan 20 menit acara masih belum dimulai. Masih juga ada yang baru datang, tergesa-gesa memarkir kendaraan sembarangan (parkir sembarangan bagi saya sudah maklum, memang ada beberapa dari wali murid jarang ke sekolah, berkunjung hanya pas ada event penting saja, itu kalau tidak berhalangan, jadi pantes kalau belum tahu tempat parkir :D). Atau memang sengaja diparkir dekat pintu masuk biar langsung pulang setelah acara selesai, saya tak tahu(mengusung slogan: cepet masuknya, cepet keluarnya/ eja****si dini :D what the f*** i'm saying!!)
Dan tibalah akhirnya, salah satu perjalanan betapa suck'nya hidup saya plays again, repeated. Waktu yang mundur 20 menit sudah sangatlah cukup untuk membuat diri saya tambah gugup. Corong suara yang tadi terus bergema suara menggelegar dari bapak kepsek yang memberi pengarahan kepada para wali murid sudah berhenti. Dan itulah saatnya, suara diam itu memberikan "kode" kepada saya, untuk segera dimulainya prosesi penyerahan rapor yang telah ditunggu-tunggu. dan..saya harus memulainya..
Saya awali dengan coba menata kembali tumpukan buku rapor warna biru gelap di depan meja (sebenarnya sudah tertata sedari tadi, hanya saja saya ingin mengalihkan perhatian para orang tua murid yang sudah mulai tambah sunyi senyap dan saya bingung apa yang musti diperbuat). Saya coba pandangi satu persatu wajah mereka dengan pandangan serius dengan bernafas pelan (dengan tetap menyembunyikan kaki gemetar saya di bawah meja). Saya ingin menunjukkan pada mereka bahwa acara inti akan segera dimulai (Sebenarnya saya berharap ada dari mereka yang mengembalikan tatapan serius saya dengan senyum ceria, atau malah menertawakan saya). Agar saya tak harus terjebak dengan keseriusan palsu yang saya buat dengan akting tak sempurna.
Bismillah..saya buka dengan berbisik pelan. Dan semua pasang mata satu persatu mulai mengarah ke depan ruangan.
Tak mungkinlah di depan mereka hanya terus memandangi white board dan jam yang menempel di dinding (yang kebetulan pas low bat/ Ah bagian sarpras sekolah siapa yang megang!!)
Atau memandangi wajah presiden ke 6 republik tempat mereka tinggal yang beberapa hari belakangan tampak di layar tv.
Atau bahkan mencari-cari sarang laba laba yang lupa tak dibersihkan pagi ini (so perfectionist!). Begitulah, dan saya mengetahui dengan sadar nasib saya terduduk di depan mereka semuanya adalah sebagai berikut: Malu, unexperienced, gemetar and always suck!!
Di hadapan mereka saya seperti terduduk di kursi pesakitan menunggu keputusan sang hakim menjatuhkan vonisnya. Tak ada pengacara yang membela saya. Tak ada saksi yang menguatkan saya. Hanya ada duduk di seberang jauh dari saya, seorang guru wali kelas yang lain (yang tentunya sudah terbukti lebih jago daripada saya dalam mengatasi hal seperti ini, mungkin sudah setingkat "sabuk putih" lah :D). satu ruangan hanya suara saya yang terdengar. semua yang hadir sunyi senyap. andaikan saya diam lima detik saja, mungkin langsung jatuh palu sang hakim memenuhi tuntutan jaksa dan memutuskan vonis : you're suck!!!

"Monggo kito sami sami manjataken puji sukur dumateng Allah ta'ala..bla bla bla..uh betapa percaya dirinya saya..selajengipun kulo ngaturaken agunging panuwun dumateng poro bapak-lan-ibu ingkang sampun kersa rawuh..bla bla bla..sak derenge acara kita wiwiti monggo sami sami kito bikak dengan maos umul kitab.. alfatihah..sepertinya masih lancar sajaa..
Selanjutnya..
Selanjutnya..
Im stuck more than 4seconds, inilah awal dari betapa payahnya saya..Ditambah lagi beberapa orang tua murid yang terlambat menghadiri acara, memaksa saya diam sejenak untuk mempersilahkan mereka duduk..payah..gemetar, saya tak lagi menguasai lidah saya..akhirnya tibalah saatnya saya menggunakan bahasa Indonesia saya yang juga payah. Beberapa pasang mata yang menunggu kata-kata apa yang keluar dari saya sepertinya tak merasa puas dengan cara saya membawakan acara. ditambah bahasa Indonesia yang kurang saya kuasai dengan benar menambah beban berat di lidah saya. Oh payah..
Lebih parah lagi, meskipun sudah menggunakan dua bahasa dengan berbagai suku katanya. Saya masih saja kesulitan menata bahasa untuk berkomunikasi dengan mereka. Ah entahlah, mereka mengerti atau tidak apa yang saya maksudkan, saya tetap lanjut saja. Dan akhirnya bukti bahwa saya memang payah itu, (saya akui, dan kalian boleh mengucapkannya keras dengan hati bergembira kepada saya: payahh!!) terjadi juga.
ketika saya tak lagi menemukan kata yang tepat dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia akan kosa kata yang hendak saya ucapkan..stuck lagi..dan lagi..saya cari-cari kata apakah ini padanannya dalam bahasa Indonesia dan dalam bahasa Jawa Halus..tak diketemukan, akhirnya saya terus memperpanjang bicara tanpa tahu arah..bla bla bla..
sampai akhirnya sebagian hadirin berpakaian rapi itu mengucapkan.."Ow sing sampean maksut ki "********" iki to mass..
"ow zeahhhh..za ittuu lah Pak Bu ingkang kulo maksut.."
Hadirin pun tertawa.. Bapak-bapak dan ibu-ibu berseragam itu tertawa..dan saya pun menahan malu..
Saya pun tersenyum malu (meskipun saat malu, tersenyum sekalipun rasanya seperti dipukuli ratusan orang)
Paraaahhh..
Ah untungnya..diantara yang tertawa, masih ada yang kredit mobilnya belum lunass..
:D

*Suck as always

No comments:

Facebook Comment