Monday, December 31, 2012

Diary Bodoh - Kaleidoscope 2012 Cari Kerja

Liburan kali ini sungguh sangat lama sekali –terasa seperti liburan setahun- dari 2012-2013. Enak sekali diriku menjadi seorang “yang katanya” guru itu. Pagi masuk (gak terlalu pagi amat) dan sebelum matahari condong ke barat sudah ada di rumah lagi. Sebentar saja sudah ganti baju perang lain dan berhadapan dengan musuh yang berbeda pula (pake topi menenteng tas merah dan mbolang!!). Makan juga tercukupi kalau mau makan. Intinya semua hal tentang guru itu menggemukkan badan. Libur aja sampe setahun!!
Tapi dari awal sebenarnya tak ada keinginan, untuk menjadi orang yang selalu pegang spidol dan melukis di whiteboard ini (hanya kadang pake’ proyektor :D). Sementara rencana yang telah ku sketsa masa kuliah dulu, setidaknya dalam sekali ku hidup, salah satu waktuku harus diisi dengan hal yang mempunyai cita rasa pendidikan dan pengajaran, dan 4 tahun dirasa cukup lah untuk menjadi seorang guru. Kalau dihitung matematis pun sepertinya seimbang, 4 tahun ku menimba ilmu di jurusan pendidikan dan 4 tahun pula ku akan berkecimpung dengan dunia pendidikan ini (rencana). Keinginan untuk memperpanjang kontrak (SK kepsek) jikalau tak ada hambatan (semua ikhlas) akan kuhentikan. Tapi rencana Tuhan who knows.

Sebelum mengenal dunia didik-mendidik ini atau yang kuanggap 4D (datang-duduk-dhoweh, dlongop- diabsen, hha i’m sucker) dan kali ini juga yang ingin ku jadikan sebagai tulisan kaleidoscope-ku selama 2012 ini adalah pengalamanku mencari kerja, dulu diriku yang berbekal ijazah pendidikan sempat di awal tahun 2012 merantau ke Kota Surabaya mencari kerja. Mulai dari Desember-Januari-Februari more than three months pulang pergi dari Tulungagung kota tercinta ke kota penuh sesak itu. Mau bagaimana lagi, after graduated from university kuliah jurusan bahasa Arab dan 6 bulan mendekam di operator warnet, menyadari diri sepertinya tak memiliki kompetensi khusus to become an entrepeneur, akhirnya pilihan terakhir seeking a job juga. And the crowded city was in my mind that time, Surabaya.
Mulai dari Relationship Officer atau Sales Executive atau apalah namanya itu, tak kurasa penting mengingat nama-nama turunannya yang banyaknya lebih dari sepuluh itu (setiap perusahaan menamai strategi marketing mereka dengan nama yang berbeda-beda) sampai profesi driver (nama kerennya “sopir tembak” gan) sedikit pernah kurasakan keringatnya (meski sedikit dan sebentar).
Dan mulai dari tes kompetensi, TPA, tes yang menambah-nambah angka yang berlembar-lembar (lupa ku namanya), interview berikut tes psikologinya, akhirnya mereka-mereka itu (berlembar tes masuk itu) memutuskan bahwa bukannya ku diterima atau ditolak di perusahaan, aneh memang. Melainkan mereka bersama-sama memojokkanku dan memvonis diriku bahwa:// ada beberapa urat syaraf yang sudah tidak berfungsi lagi di kepalaku. Palu pun di ketuk tiga kali dokk dokkk dokk// Argggh keluar jalur ni kalimat... sudahlah, yang hendak ku maksudkan sebenarnya adalah bahwa diriku diterima kerja dan beberapa diantaranya tidak lolos uji interview.
Apabila bidang marketing memang hampir 90% persen lulusan S1 pasti diterima kerja di bidang itu (karena marketing sebagian besar sebenarnya untuk lulusan SMA) kecuali bila tak bisa naik motor :D, lebih-lebih bila mencantumkan fotokopy SIM A, kuberi prosentase hampir 100% bahwa SIM A itu sangatlah dipertimbangkan oleh perusahaan (tapi bila nego gaji sudah deal). Seperti diriku saat itu, langsung bisa ikut program training. Tapi akhirnya sama seperti sebelumnya, sama juga, tetep keluar masuk perusahaan. Karena tidak ada kecocokan diriku dengan perusahaan (tapi beberapa diantaranya memang perusahaan yang tidak menerimaku :D bersikap fair).
Setelah marketing yang dibumbui dengan jenjang karir yang (katanya) jelas itu tak mempunyai kecocokan, akhirnya mencari pekerjaan bagian produksi. Namun sama juga, bagian manufacturing ini juga kurang sesuai dengan kecocokan hati dan postur tubuh (asal tahu saja badanku sangatlah berbeda jauh dengan mas Aderai yang sering minum mbah Marijan itu), juga jam kerjanya yang tak menentu ada perpindahan shift sehingga merasa tidak cocok lagi. Tapi yang paling dominan alasan sebenarnya adalah adanya sedikit gengsi dari dalam diri (S1 bukan untuk bagian produksi, itu bagiannya kejuruan SMK, trus apa bedanya) dan jadilah akhirnya ku juga tak mengambilnya. Alasan kesehatan fisik dan mental.
Setelah perburuan pekerjaan yang melelahkan dan menguras waktu itu, akhirnya terciptalah beberapa prinsip hidup yang baru bagiku (seperti: i’ll never ever work at convensional banks or somewhere else which are uncategorized their halal label or still debated among ulama’il muslimin, dan kuharus bisa mencari pekerjaan yang lebih halal lagi untuk keluargaku kelak, karena akulah pemimpin di dalam keluarga kecil ku kelak, amin), yang tak boleh kulanggar sendiri prinsip itu. Dan jadilah aku orang yang “hampir” bijak yang sebelumnya “mendekati” kegilaan. Bahkan hampir berubah warna rambut ini dari sebelumnya hitam bermigrasi ke putih :D. Yang dulunya imut-imut berubah menjadi semakin kisut. Dan yang dulunya tak berjenggot, kini mulai tumbuh rambut-rambut yang katanya simbol “bijak” itu. Jadilah wajahku seperti seorang “yang tercerahkan” (meski kulitku gelap :D). Yang juga merasa sudah kenyang dengan asam garam bentuk-bentuk penipuan lowongan pekerjaan.
Sementara itu muncul beberapa argumen-argumen yang kusimpulkan sendiri mengapa diriku terkadang tak bisa diterima di beberapa perusahaan, intinya tak bisa diterima kerja di tempat yang diinginkan. Dan kesimpulan terbesar ternyata mengarah pada ijasahku, ijasah yang tertulis di sana sebuah gelar, Syamsul Arifin, SPdI **. Ah ini dia masalahnya. Namun ku tak mau mengatakan itu adalah sebuah kesalahan bahwa diriku dulu salah ambil jurusan pendidikan dan bukannya jurusan yang lain setelah lulus SMA, lebih memilih bahasa Arab daripada bahasa yang tenar dan lebih modern lainnya (meskipun terkadang ada sedikit sesal juga kenapa begitu, tak bisa dipungkiri). Karena inilah memang jalan hidupku, takdirku, yang ku harus berusaha ikhlas menerimanya.
Akhirnya, saat ini di penghujung akhir tahun. Ku masih menjalani takdirku, (tidak lagi bekerja di kota besar dan mungkin lebih maju dari kotaku) yang hari ini masih payah menjadi seorang guru bagi murid-muridku tercinta. Menjadi ustadz bagi santri-santri yang mencari ilmu dan barokah. Dan sepertinya ku masih payah dan seperti tak memiliki tanggung jawab pada para orang tua murid, wali santri, keluarga, dan lembaga yang menaungi. Terlebih, sepertinya tak mampu dan tak pantas untuk dipertanggungjawabkan esok kelak. Semoga hidup kita semuanya selalu meniti dalam ridho-Nya..Amin

**Aku adalah yang saat ini berusaha untuk ikhlas, untuk tidak mengingat kekalahanku dalam mempertahankan ijasah Bahasa Arab ku di hadapan Area Manajer yang mempermasalahkan ijasah, padahal telah lulus tes tulis dan tes interview sebelumnya.
**Kaleidoscope tentang perjalanan asmaraku di 2012 tak jauh beda dengan pencarian kerjaku..i’m suck, mungkin lain kali akan kutulis setebal kamus, seberapa payahnya diriku dalam urusan ini... :D

Ke --- kaleidoscope 2011

No comments:

Facebook Comment