Tuesday, January 1, 2013

Kapan Aku Mendewasa ??

Tiga waktu yang selalu menampar, sebelum ia pergi menenggelamkanku dalam sudut gelap. Malam ini kurasa tertampar lagi, terasa lebih keras daripada sebelumnya. Mereka mengadili atas kebelum-dewasanya diriku. Ketiganya adalah para hakim yang sedang duduk di meja hijau. Hanya yang berbeda, kesemuanya memegang palunya masing-masing. Selalu tepat sasaran bila mengarahkan palunya untuk mengingatkan bahwa umur ini selalu terbuang setiap detiknya. Ketiganya adalah dua malam tahun baru dan hari kelahiranku.
Source Imagehttp://blocknotinspire.blogspot.com/2012/06/memilih-dewasa.html
Dan kini sudah yang ke 23 kali telingaku mendengar letupan kembang api tahun baru ini. Sedangkan setiap tahunnya semenjak umur ini sudah tak lagi pantas memakai seragam putih abu-abu, selalu berharap agar segera mendapatkan tiket masuk menuju kedewasaan. Dewasa, betapa mahal untuk membelinya dan betapa sulit untuk meraihnya. Terlebih bagiku yang tak lain adalah anak bungsu ini. Dimana dimanja adalah keseharianku dulu, dianggap termuda adalah yang kurasakan setiap waktu. Tapi itu dulu..
Sebelum ku menyadari di depan cermin, dan terlihat mengagetkan, bahwa ku sudah semakin menua. Terasa juga, di setiap forum seperti begitu ditunggu-tunggu komentar yang dewasa dari setiap tuturku. Jawaban dariku ditunggu oleh mereka yang mulai menganggapku -dengan hormatnya- sebagai orang yang dituakan. Tak terasa juga, ku sudah mempunyai anak-anak kecil yang harus dibimbing dengan apa yang pernah kudapati di bangku kecil sekolahku dulu, meski apa yang kudapati dulu berbeda dengan yang harus disampaikan di bangku sekolah masa kini. Juga sudah kudapati para ustadz sesepuh desa mulai menghargai dan mendudukkanku di ruangan musyawarah mereka seolah-olah ku juga bagian dari mereka. Hingga beberapa pemuda-pemudi dengan berbekal qolamnya di sore hari seperti menungguku, untuk membacakan beberapa kitab yang bagi mereka masih sulit untuk dibaca dan difahami sendiri. Tak terasa umur ini sudah sampai di batas-batas itu...
Namun tetap saja, sebenarnya diri ini masih belum terbiasa. Tuntutan menjadi dewasa itu masih membuat diriku tergagap tak berkata. Setiap kubaca kembali apa yang pernah kutulis, setiap kurenungkan kembali apa yang pernah kulakukan, setiap ku fikirkan kembali penilaian orang yang mereka ucapkan tentang diriku, ada saja penyesalan kenapakah diri ini sulit mendewasa. Kalimat yang keluar dari mulut dan jemariku masih dikerumuni kalimat yang kekanak-kanakan dan penuh bahasa milik remaja-remaja “ababil”. Dan kenyataan sepertinya mengatakan demikian. Di umurku yang ke 23 ini aku masih berfikir bahwa diriku masih belum stabil..
Aku belum terbiasa untuk tidak mendapat pertolongan orang lain dalam masalah-masalah sepeleku, masih saja sering merepotkan orang lain dalam setiap sendi kehidupanku. Ku masih belum terbiasa mengatasi hilangnya beberapa perhatian dan campur tangan dari lingkungan sekitar yang semakin hari pasti akan semakin berkurang. Masih bagi diri ini, seperti tak ada hari tanpa melibatkan mereka untuk menyuapiku..
Baru ku sadari akhir-akhir ini, dan sering ku terjerumus terjebak di penjaranya. Menua itu pasti, dewasa itu pilihan. Di dalam sebuah peribahasa konyol yang hanya berlaku bila masih di usia muda belia. Karena, ternyata bila sudah ada angka dua di depan setiap pertambahan usia, dewasa itu bukan lagi sebuah pilihan akan tetapi sudah menjadi “tuntutan”. Bila ingin hidup normal dan sesuai dengan ras manusia pada umumnya.
Tak selamanya ku akan menyendiri seperti ini, tak selamanya ku berpura-pura merasakan biasa saja menghadiri setiap pernikahan sahabat-sahabatku. Ku bukanlah anti-sosial, meski ku hanya tak mengerti tata cara bergaul yang mendewasa itu. Semenjak ditetapkan fisikku sudah seukuran dewasa menurut agama, seharusnya di setiap harinya, ku juga harus menyadari meski mentalku masih terlambat dewasa, bahwa setiap kesalahan yang kubuat, buah dosanya harus kupikul sendiri..hanya getahnya saja mungkin menyebar ke sekitar.
Akhirnya suatu saat, di kala masih ada nafas ini, saat ku masih diizinkan bertemu dengan jodohku. Ku ingin mengucapkan pelan padanya malam ini..diriku saat ini tak kalah semangatnya dengan dirimu, ingin sekali segera membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah...akan tetapi maaf sekali, saat ini aku masih belum cukup mendewasa..masih belum siap untuk mendidik anak-anak kita kelak..jadi bersabarlah..

Aku hanya masih belum bisa menempatkan diriku di situasi dan kondisi yang menuntutku dewasa..


*Saat malam berwarna-warni oleh letusan kembang api 2013

No comments:

Facebook Comment