Sekali lagi membaca kalimat yang pernah diucapkan oleh
seorang guru bangsa kembali dishare di beranda. Rasanya ingin memberi komentar
di bawahnya “Kalimat ini diucapkan oleh profesional, jangan ditiru di rumah!”
dengan efek dikedip-kedipkan. Biar jelas kelihatan, bahwa tidak semua orang
bisa bebas mengucapkan kalimat ini. menurut saya :D
Karena ini kalimat bisa ditafsirkan jadi banyak makna. Dan setiap
makna hasil tafsiran itu akhirnya bisa menjadi aksi perbuatan yang berbeda. Bahkan
mungkin bisa menjadi tafsiran perbuatan yang saling bertolak belakang antara
seorang dengan orang lainnya. Mending jika orang yang bertolak belakang
tafsiran itu adalah “profesional”, akan bisa mereka redam dengan cara yang
santun. Tapi bagaimana jika yang bertolak belakang adalah orang awam, masih bisakah
mereka menyelesaikannya dengan kesantunan?
Sang guru bangsa memang profesional, beliau mengucapkan
kalimat yang profesional itu bisa jadi untuk menutupi banyak jasa-jasanya dalam
bidang agama. Sikap tawadhu’ atas banyak hal yang beliau sumbangkan untuk
kebangkitan bangsa ini. Tak terhitung perjuangan beliau yang sekarang bisa kita
rasakan. Dulu tak sedikit yang mencemooh perjuangan beliau, bahkan sampai beliau dimakzulkan. Tapi satu-persatu
perjuangan untuk agama dan bangsanya itu kini terlihat hasilnya. Dan masih dengan
rendah hatinya, atas perjuangan dan pembelaan itu beliau berucap “tuhan tak
perlu dibela”. Alfatihah.
Oh tuan..tuan sungguh mulia. Sungguh banyak pembelaan untuk
agama dan bangsa tuan lakukan. Dan tuan seperti tak menganggapnya seperti
pembelaan yang berharga. Tuan masih berucap seolah masih belum melakukan pembelaan
apapun untuk agama dan bangsa ini. Oh tuan..Berapa banyak perjuangan lagi yang
sudah tuan lakukan dan tidak tuan sebutkan. Dan membiarkan kami menerka-nerka
sendiri hikmah dari apa yang tuan lakukan. Sebenarnya buah kemuliaan tuan sudah
menjulang ke langit, dan dengan ucapan rendah hati itu, tuan menyempurnakannya
agar tetap ada akar yang menjulur rendah sampai ke bumi.
Tapi kadangkala saat melihat ada yang menulis di berandanya “tuhan
tak perlu dibela”. Dan umurnya masih muda. Seperti saya :D . Oh betapa ngerinya
:D
Oh pemuda..sudah berjumlah berapakah perjuangan untuk bangsa
yang pernah engkau lakukan?
Sudah tuntaskah kewajiban agama yang berada di
pundakmu engkau tunaikan, wahai sang pemuda?
Dengan mengucap demikian di berandanya, seolah merasa lepas
tanggung jawab untuk membela agama dan bangsanya. Katanya agama sudah dibela
oleh Tuhannya. Dan Tuhan sang Maha Kuasa tidak memerlukan bantuan dari
makhluk-Nya. Mana mungkin Tuhan butuh pembelaan?
Oh kawan.. bukan begitu kelanjutannya.
Lantas untuk apa manusia diciptakan?
Tuhan memang tidak perlu yang demikian, tapi kita yang ditugaskan..
Pembelaan dan ibadah kita memang tidak diperlukan Tuhan,
tapi bagaimana lagi kalau kita yang memang diberi kewajiban yang demikian..
يأيها الذين ءامنوا
كونوا أنصار الله ...
Ash-Shaff : 14
Marilah setidaknya kita contoh guru bangsa kita.
Al fatihah