“Tentang Madzhab Al-Jomblo”
Oleh: Kyai Muhajir Madad Salim
Ada seorang ustadz sering kali guyonan dengan murid-muridnya. Dia sering bilang: “Ntar di surga, di pintu masuknya ada plang besar, tulisannya “MAAF JOMBLO DILARANG MASUK”. Karena memang perintah Allah “Udkhuluul jannata antum wa azwaajukum” (Masuklah ke surga kalian beserta istri-istri kalian). Maka orang-orang jomblo haram masuk surga.”
Kata beliau melanjutkan: “Kalau belum kawin jangan mampus dulu..!”
Amma ba’du. Memang demikian , seorang mukmin tiada akan masuk ke dalam surga kecuali dengan pasangannya. Lalu bagaimana jika ada seorang ahli surga yang meninggal dunia dalam keadaan membujang?
Jawabannya adalah mereka oleh para arwah yang shaleh dari para anbiya’ wal auliya’ nanti dinikahkan, dikawinin di alam barzakh kepada ahlul barzakh yang lain sehingga nanti di yaumil qiyamat mereka tidak dibangkitkan kecuali dengan pasangannya.
Kalau di dunia , banyak pula ulama yang memilih membujang. Syeikh Abdul Fattah Abi Qiddah menulis kitab berjudul ‘Ulama al-‘Azzab satu jilid penuh yang menerangkan ulama-ulama yang memilih membujang karena kesibukannya dalam menyebarkan ilmu dan hikmah-hikmah kemuliaan. Diantara mereka adalah:
1. Imam Nawawi
2. Bisyir al-Khafiy
3. Az-Zamakhsariy
4. Syeikh Ahmad ba Jahdab
5. Syeikh Saied ali Madhaj
6. Dan yang lainnya.
Suatu hari Bisyir al-Khafiy ditegur sahabatnya: “Anta Tarikussunnah?” (Engkau ini meninggalkan Sunnah Nabi/menikah?)
Sayyidina Bisyir menjawab: “Lianniy musytaghilun bil fardhi, faidzaa intahaitu ji’tu lissunnati.” (Itu karena aku sibuk mengurusi yang wajib dahulu. Nanti kalau sudah kelar baru aku akan datangi yang sunnah).
‘Ala kulli hal, mau menikah ataupun membujang ternyata mesti ada alasannya manakah yang lebih baik buat kemaslahatan dirinya. Ini panjang diterangkan dalam Ihya ‘Ulumiddin , dan hendaklah seorang murid yang ingin menentukan nasib status dirinya untuk membaca apa yang Imam al-Ghozali tuliskan di sana.
Hanya saja, bayangan saya pribadi bahwa menikah itu bagi pemuda di zaman ini lumrahnya sudah menjadi kewajiban. Karena melihat keadaan kanan kiri para wanita zaman telah berbuat sembrono dalam berpakaian. Di kanan dada sedang di kiri paha. Di depan pantat dan di belakang jidat. Dengan menikah setidaknya lebih mengurangi akibat-akibat buruk dari semua itu.
Bahkan ketika mencoba menanggulanginya dengan puasa pun banyak pemuda yang gagal. Bukan salah resepnya, tetapi salah dalam cara berpuasanya. Puasa yang bisa menahan laju nafsu hewaniyyah seorang insan adalah puasa para pelaku riyadhah. Mengurangi betul karbohidrat dan menghindari daging-dagingan.
Adapun puasa yang hanya memindah jam waktu makan saja, menunya malah terkadang lebih fariataif malah bisa bikin nafsu menggelora seperti Kuda Binal.
Jadi, menikahlah. Jangan mengikuti Madzhab al-Jumlu (JOMBLO). Ini insya Allah lebih menyelamatkan agama Anda sendiri. Wallahu A’lam.
Sesungguhnya alam barzakh adalah alamnya amal. Bahkan kekuatan amal di barzakh berlipat keagungannya dibanding di alam asbah (dunia). Hilang sudah hijab dan hilang pula tasywis nafsu serta syaithannya. Alam barzakh adalah alam untuk meninggikan derajat di sisi Allah. Di dalam sana orang-orang shaleh semakin tenggelam dalam shalat-shalatnya, ibadah-ibadahnya, merasakan betul kenikmatannya. Meskipun beramal, tetapi bukan karena taklifiy (perintah syari’ah sebagaimana saat di dunia) tetapi ia adalah Darut Taraqqiy.
Dalam Kifayatul Atqiya’ disebutkan:
واترك من الازواج من ما ساعادت ** في طاعة واختر عزوبا فاضلا
Watruk minal azwaaji man fii thaa’atin # Ma saa’adat wakhtar ‘uzuuban faadhila
“Jika engkau menikah, maka jangan cari perempuan yang tidak mau (bisa) membantumu dalam taat kepada Allah. Kalau mendapatkan calon istri model begini lebih baik menjomblo saja.”
Maka sangat penting mencari calon istri yang baik. Mereka ini nantinya yang justru jadi kekuatan ekstra suami dalam mengarungi ketaatan, jangan sampai menjadi sebab kemunduran suami di belakang hari.
Tentu, mencari sosok an sempurna sangat tidak mudah. Jikalau seorang lelaki telah beristikharah dalam pemilihannya sesudah menyelidiki betul latar belakang calonnya, maka berhusnudzdzanlah terhadap pilihan Allah kepada dirinya. Langsung nikah...!
Soal ternyata di belakang hari dia tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya, maka ini adalah musibah yang mesti dihadapi dengan sabar. Jadikan sebagai sebuah sarana untuk semakin mengingat Allah saja
No comments:
Post a Comment